Soal Ujian Tengah Semester:
1.
Akhir-akhir ini banyak bermuculan
penyakit baru yang mengancam dunia dan mengancam dunia dan berpotensi menjadi
epidemic global.
a. Jelaskan
bagaimana pendekatan modern bekerja agar obat untuk membasmi penyakit tersebut
segera ditemukan.
b. Bila
obatnya berhasil ditemukan, gunakan parameter farmakodinamik dalam mendesain
turunan nya sehingga dihasilkan obat dengan efikasi tinggi
2.
Berikan satu contoh analgesic dan
jelaskan secara farmakokinetik argumentasi efikasinya bila diadministrasikan
secara :
a. Intra
vena
b. Intra
muscular
c. Subkutan
3.
Jelaskan beberapa keunikan secara
farmakodinamik masing-masing antihistamin berikut ini :
a. Turunan
etilendiamin
b. Turunan
kolamin
c. Turunan
fenotiazin
Jawaban :
1.a
Pendekatan modern :
1. Memodifikasi secara kimiawi senyawa
obat yang telah diketahui, misalnya penicillin=>metilsilin
Morfin => kodein
2. Mengidentifikasi target penyakit;
mempelajari senyawa induk, dan rantai samping yang memiliki efek.
3. Memperbaiki struktur kimia; mendeteksi
molekul dasar penyakit dan mendeteksi sisi aktifnya.
4. Menggunakan aplikasi genomic
5. Memurnikan kembali kandungan obat;
dengan menggunakan teknik kristalisasi.
Mengidentifikasi obat baru:
1. Identifikasi
penyakit
Target yang harus diidentifikasi adalah suatu daerah tertentu yang didalam
genom berhubungan erat dengan manifestasi penyakit. Sebagai contoh :
Apolipoprotein t4 => untuk penyakit Alzheimer. Ketika sudah mengetahui
target penyakit, akan lebih mudah untuk mencari obat dengan molekuler docking.
2. Isolasi
protein dalam penyakit
3. Karakterisasi
target
Suatu cara mengidentifikasi adanya
varian gen yang terpilih. Cara modern dalam pengembangan obat adalah dengan HTS
( High Throughput Screening ).
4. Validasi
target
Untuk menentukan atau pemilihan obat atau
golongan obat.
5. Sifat
farmakogenetik dari molekul
Enzim spesifik atau reseptor berhubungan
dengan metabolism obat dapat dijadikan target.
6. Menemukan
obat yang efektif, 4 langkah :
a. Identifikasi
b. Isolasi
protein
c. Menemukan
obat
d. Pre
klinis test
7. Uji
pre klinis
8. Uji
klinis
1b. Parameter farmakodinamik :
a. Kisaran
kadar terapi yang menimbulkan efikasi yang tinggi dengan resiko toksisitas yang
rendah
b. Kadar
mantap (kadar yang dicapai setelah 4-5 kali waktu paruh obat)
c. Efek
maksimal => respon maksimal yang ditimbulkan oleh obat jika diberikan pada
dosis yang tinggi
d. Potensi
=> Kisaran dosis obat yang menimbulkan efek.
2.
Contoh obat : Asetaminofen => Obat analgetik non narkotik dengan cara
kerja menghambat sintesi prostaglandin terutama di SSP. Asetaminofen lebih
dikenal dengan Paracetamol yang cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan. Waktu
paru kira-kira 2 jam.
a. Intra
vena=> Disuntik melalui pembuluh darah vena
Pemberian obat secara intra vena tidak mengalami first pass metabolism, tetapi
langsung masuk kedalam pembuluh darah atau sirkulasi sistemik dan langsung didistribusikan. Pemberian
secara IV, akan membuat kadar obat yaitu asetaminofen dalam darah diperoleh secara cepat dan dosis
yang mencapai sirkulasi sistemik sama dengan yang disuntikkan. Dalam
menimbulkan efek obat nya juga dalam waktu yang lebih cepat karena ketersediaan
hayati obat yaitu asetaminofen yang diberikan secara IV adalah 100%.
Untuk toksisitas, pemberian secara IV
lebih mudah mencapai efek toksik apalagi untuk obat dengan indeks terapi sempit
karena kadar obat nya langsung tinggi dalam darah dan tidak dapat ditarik
kembali. Tetapi asetaminofen adalah golongan obat dengan indeks terapi luas
tetapi tetap saja kadar obat astaminofen dalam darah harus di pantau selama
pemberian IV karena asetaminofen merupakan senyawa hepatotoksik.
b. Intramuskular ( melalui otot)
Obat
yaitu asetaminofen masuk kedalam tubuh beberapa saat stelah diinjeksikan. Obat
akan mengalami absorbsi dari otot kedalam pembuluh darah. Absorbsi obat tergantung
permeabilitas pembuluh darah, kepadatan jaringan didaerah penyuntikan, laju
pelepasan zat aktif. Setelah diabsorbsi, partikel asetaminofen akan
didistribusi keseluruh tubuh. Setelah distribusi, obat akan dimetabolisme
dihati, dihati akan dipisahkan ke berbagai kompartemen, partikel obat yang
dibutuhkan oleh organ target akan diedarkan ke organ target untuk memberikan
efek obat. Sedangkan bagian yang tidak diperlukan akan diekskresi oleh tubuh.
c. Subcutan
Injeksi di bawah kulit
dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam
air atau minyak. Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area di bawah kulit
yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis. Efeknya tidak secepat
injeksi intramuscular atau intravena. Absorpsinya biasanya terjadi secara
lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama. Setelah diabsorbsi ke
pembuluh darah akan mengalami distribusi oleh sirkulasi sistemik ke seluruh
tubuh. Obat bebas akan menghasilkan efek sedangkan yang berikatan dengan
protein tidak langsung menghasilkan efek, tetapi akan di metabolism oleh hati.
Setelah dimetabolisme ada yang akan menghasilkan efek, dan ada yang akan
dieksresi keluar ari tubuh.
3a.
Turunan etilendiamin
Gugus etilendiamin = Berikatan dengan
reseptor dengan adanya pasangan electron bebas.
Ar’ = Efek samping
Bila N diganti menjadi CO => Efek
sedasi meningkat
N
=> Antihistamin lebih aktif tetapi menjadi lebih toksik
C
=> Antihistamin kurang aktif dan toksik nya juga menurun.
·
Atom
X kiral : meningkatkan potensi & selektivitas pd reseptor H1
·
Bila
pusat asimetrik terletak pada atom C dimana terikat ggs dimetilamino, aktiv.nya
hilang.
Cincin
aromatik membentuk ikatan hidrofob dg reseptor H1.
·
Potensi
max : 2cincin aromatik tidak terletak
pada bidang yg sama.
· Monosubstitusi
gugus yang mempunyai efek induktif (-),seperti Cl atau Br, pada posisi para
cincin aromatik : meningkatkan aktivitas
·
Disubstitusi
pada posisi para : menurunkan aktivitas
·
Substitusi
pada posisi orto atau meta : menurunkan
aktivitas.
2b. Turunan
Kolamin
·
Pasangan electron bebas yang bereaksi
dengan reseptor.
·
Khasnya adalah adanya gugus eter; N
=> O Keelektronegatifan nya tinggi.
·
Pemasukan gugus halogen pada posisi para
akan meningkatkan aktifitas karena adanya delokalisasi (menghasilkan efek
induksi ) electron semakin tinggi dan affinitas semakin besar.
·
Pemasukan gugus CH3 pada posisi para cincin
aromatik meningkatkan aktivitas. Pada posisi orto menghilangkan efek antagonis
H1 dan meningkatkan aktivitas antikolinergik
·
Senyawa
turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna
karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok
kolinergik.
2c. Turunan Fenotiazin
Pemasukan gugus CF3 pada posisi 2 akan
menurunkan efek antihistamin.
·
Klorinasi pada turunan fenotiazin akan
memberikan efek induksi.