Senin, 11 April 2016

Soal UTS

Soal Ujian Tengah Semester:

1.      Akhir-akhir ini banyak bermuculan penyakit baru yang mengancam dunia dan mengancam dunia dan berpotensi menjadi epidemic global.
a.       Jelaskan bagaimana pendekatan modern bekerja agar obat untuk membasmi penyakit tersebut segera ditemukan.
b.      Bila obatnya berhasil ditemukan, gunakan parameter farmakodinamik dalam mendesain turunan nya sehingga dihasilkan obat dengan efikasi tinggi
2.      Berikan satu contoh analgesic dan jelaskan secara farmakokinetik argumentasi efikasinya bila diadministrasikan secara :
a.       Intra vena
b.      Intra muscular
c.       Subkutan
3.      Jelaskan beberapa keunikan secara farmakodinamik masing-masing antihistamin berikut ini :
a.       Turunan etilendiamin
b.      Turunan kolamin
c.       Turunan fenotiazin
 
Jawaban :
 
1.a       Pendekatan modern :
           1. Memodifikasi secara kimiawi senyawa obat yang telah diketahui, misalnya penicillin=>metilsilin
Morfin => kodein
           2. Mengidentifikasi target penyakit; mempelajari senyawa induk, dan rantai samping yang memiliki efek.
          3. Memperbaiki struktur kimia; mendeteksi molekul dasar penyakit dan mendeteksi sisi aktifnya.
         4. Menggunakan aplikasi genomic
         5. Memurnikan kembali kandungan obat; dengan menggunakan teknik kristalisasi.
Mengidentifikasi obat baru:
1.      Identifikasi penyakit
Target yang harus diidentifikasi  adalah suatu daerah tertentu yang didalam genom berhubungan erat dengan manifestasi penyakit. Sebagai contoh : Apolipoprotein t4 => untuk penyakit Alzheimer. Ketika sudah mengetahui target penyakit, akan lebih mudah untuk mencari obat dengan molekuler docking.
2.      Isolasi protein dalam penyakit
3.      Karakterisasi target
Suatu cara mengidentifikasi adanya varian gen yang terpilih. Cara modern dalam pengembangan obat adalah dengan HTS ( High  Throughput Screening ).
4.      Validasi target
Untuk menentukan atau pemilihan obat atau golongan obat.
5.      Sifat farmakogenetik dari molekul
Enzim spesifik atau reseptor berhubungan dengan metabolism obat dapat dijadikan target.
6.      Menemukan obat yang efektif, 4 langkah :
a.       Identifikasi
b.      Isolasi protein
c.       Menemukan obat
d.      Pre klinis test
7.      Uji pre klinis
8.      Uji klinis
1b.   Parameter farmakodinamik :
a.       Kisaran kadar terapi yang menimbulkan efikasi yang tinggi dengan resiko toksisitas yang rendah
b.      Kadar mantap (kadar yang dicapai setelah 4-5 kali waktu paruh obat)
c.       Efek maksimal => respon maksimal yang ditimbulkan oleh obat jika diberikan pada dosis yang tinggi
d.      Potensi => Kisaran dosis obat yang menimbulkan efek.
 
 
 
 
2.  Contoh obat : Asetaminofen => Obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesi prostaglandin terutama di SSP. Asetaminofen lebih dikenal dengan Paracetamol yang cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan. Waktu paru kira-kira 2 jam.
a.   Intra vena=> Disuntik melalui pembuluh darah vena
Pemberian obat secara intra vena  tidak mengalami first pass metabolism, tetapi langsung masuk kedalam pembuluh darah atau sirkulasi sistemik  dan langsung didistribusikan. Pemberian secara IV, akan membuat kadar obat yaitu asetaminofen  dalam darah diperoleh secara cepat dan dosis yang mencapai sirkulasi sistemik sama dengan yang disuntikkan. Dalam menimbulkan efek obat nya juga dalam waktu yang lebih cepat karena ketersediaan hayati obat yaitu asetaminofen yang diberikan secara IV adalah 100%.
Untuk toksisitas, pemberian secara IV lebih mudah mencapai efek toksik apalagi untuk obat dengan indeks terapi sempit karena kadar obat nya langsung tinggi dalam darah dan tidak dapat ditarik kembali. Tetapi asetaminofen adalah golongan obat dengan indeks terapi luas tetapi tetap saja kadar obat astaminofen dalam darah harus di pantau selama pemberian IV karena asetaminofen merupakan senyawa hepatotoksik. 
 
b. Intramuskular ( melalui otot)
      
       Obat yaitu asetaminofen masuk kedalam tubuh beberapa saat stelah diinjeksikan. Obat akan mengalami absorbsi dari otot kedalam pembuluh darah. Absorbsi obat tergantung permeabilitas pembuluh darah, kepadatan jaringan didaerah penyuntikan, laju pelepasan zat aktif. Setelah diabsorbsi, partikel asetaminofen akan didistribusi keseluruh tubuh. Setelah distribusi, obat akan dimetabolisme dihati, dihati akan dipisahkan ke berbagai kompartemen, partikel obat yang dibutuhkan oleh organ target akan diedarkan ke organ target untuk memberikan efek obat. Sedangkan bagian yang tidak diperlukan akan diekskresi oleh tubuh.
c. Subcutan
Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area di bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena. Absorpsinya biasanya terjadi secara lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama. Setelah diabsorbsi ke pembuluh darah akan mengalami distribusi oleh sirkulasi sistemik ke seluruh tubuh. Obat bebas akan menghasilkan efek sedangkan yang berikatan dengan protein tidak langsung menghasilkan efek, tetapi akan di metabolism oleh hati. Setelah dimetabolisme ada yang akan menghasilkan efek, dan ada yang akan dieksresi keluar ari tubuh.
 
3a.  Turunan etilendiamin 
 
Gugus etilendiamin = Berikatan dengan reseptor dengan adanya pasangan electron bebas.
Ar’ = Efek samping
   Bila N diganti menjadi CO => Efek sedasi meningkat
                                     N    => Antihistamin lebih aktif tetapi menjadi lebih toksik
                                     C    => Antihistamin kurang aktif dan toksik nya juga menurun.
·         Atom X kiral : meningkatkan potensi & selektivitas pd reseptor H1
·         Bila pusat asimetrik terletak pada atom C dimana terikat ggs dimetilamino, aktiv.nya hilang.
Cincin aromatik membentuk ikatan hidrofob dg reseptor H1.
·         Potensi max  : 2cincin aromatik tidak terletak pada bidang yg sama.
·       Monosubstitusi gugus yang mempunyai efek induktif (-),seperti Cl atau Br, pada posisi para cincin aromatik :   meningkatkan  aktivitas 
·         Disubstitusi pada posisi para : menurunkan aktivitas
·         Substitusi pada posisi orto atau meta  : menurunkan aktivitas.
 
 
2b.  Turunan Kolamin
·         Pasangan electron bebas yang bereaksi dengan reseptor.
·         Khasnya adalah adanya gugus eter; N => O  Keelektronegatifan nya tinggi.
·         Pemasukan gugus halogen pada posisi para akan meningkatkan aktifitas karena adanya delokalisasi (menghasilkan efek induksi ) electron semakin tinggi dan affinitas semakin besar.
·         Pemasukan gugus CH3 pada posisi para cincin aromatik meningkatkan aktivitas. Pada posisi orto menghilangkan efek antagonis H1 dan meningkatkan aktivitas antikolinergik
·         Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.
 
2c. Turunan Fenotiazin
Pemasukan gugus CF3 pada posisi 2 akan menurunkan efek antihistamin.
·         Klorinasi pada turunan fenotiazin akan memberikan efek induksi.